Profile

Selayang Pandang

"Kita tidak ingin hanya menjadi pewaris betapapun sejarah masa lampau itu merupakan salah satu peristiwa besar abad ke-21 ini. Yang kita inginkan adalah menjadi pembuat sejarah masa sekarang dan masa yang akan datang. Jika kita mengingat masa lampau, maka tujuan utama kita adalah untuk menggali kekuatannya guna merampungkan tugas-tugas kita pada masa yang akan datang."
 

Ilmu pendidikan modern menghasilkan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan telah menghasilkan teknologi mutakhir. Sementara ilmu pendidikan dan pengetahuan berpacu, kecemasan terasa merayap pula, di negara maju dan di negera berkembang tak kecuali. Teknologi mutakhir yang terlahir dari ilmu pengetahuan. Keahlian, dan keterampilan manusia, mengantarkan manusia pula ke era ICT dan Globalisasi. Teknologi mutakhir juga telah menjauhkan manusia dari nilai dan makna hakiki kemanusiaan. Nilai dan makna kemanusiaan tercoreng, kehidupan menjadi timpang apabila keserasian dan keseimbangan mulai dicampakkan.
 

Fenomena masyarakat serupa itu bukannya tidak dapat diperhitungkan adanya dan diramalkan sebelumnya. Fenomena tersebut telah dibaca oleh para pendiri dan pemrakarsa berdirinya Yayasan Dwijendra enam puluh tahun yang lalu. Bertolak dan berangkat dari azas perikehidupan, dalam keseimbangan, meterial-spiritual, fisik-mental mereka berbicang, beningnya melihat fenomena ketimpangan itu sebagai pertandan dan sekaligus tantangan zamannya.

Lewat jalur pendidikan, dengan mendirikan sekolah, masalah tersebut dapat ditanggulangi. Ketimpangan dalam fenomena harus dicegah secara mendasar agar tidak terlanjur berkembang menjadi ketimpangan dalah realita. Cara mendasar itu lewat jalur pendidikan dan sarana sekolah. Lewat jalur pendidikan dan sarana sekolah kita melakukan investasi manusia. Mereka sepakat mendidirikan sebuah yayasan. Yayasan itu diberi nama Dwijendra untuk menghormati Dang Hyang Dwijendra peletak kerangka dasar agama dan kebudayaan Hindu di Bali.